– Keluarga terdiri dari: saya (usia 38th), istri (37th) & 2 anak laki-laki (usia 9th & 3th)
– Saya anak ke-2 dari 2 bersaudara, sedangkan istri adalah anak pertama dari 2 bersaudara
– Tempat tinggal msh numpang mertua (ayah dari istri) di Surabaya, ibu mertua sudah almh., kami memilih tinggal bersama mertua agar bisa merawat anak2 & mertua, istri total ibu rumah tangga/tidak bekerja lagi
– Sejak menikah saya bekerja berdasarkan kontrak/proyek/jangka waktu tertentu, jadi belum pernah jadi pegawai tetap, lokasi kerja pernah luar kota, tapi msh di Jawa saja, jadi msh bisa pulang 2 minggu/1 bulan sekali
– Sehari2 saya naik motor, saya kurang bisa mengendarai mobil, tapi ada mobil mertua di rumah, kalo cuma keluar dgn istri+anak ya naik motor, tapi kalo keluar semua saya merasa kurang enak karena malah disopiri mertua, hal ini juga merepotkan mbak/mas ipar (di Gresik, msh dkt dari Surabaya, sktr +-1 jam perjalanan) karena saya & keluarga yg selalu menumpang mobil mereka jika ada acara keluarga/mudik/dsb
– Untuk lauk makan sehari2 di rumah, ada catering rumahan dari tetangga, ini juga yang saya merasa kurang enak karena masih dibayari oleh mertua, meski dari kami yang membeli beras/sembako lainnya, istri jg terkadang msh masak lauk/sayur lagi utk anak2 kalo dari catering cenderung pedas
– Saya merasa jg kurangnya interaksi antara saya & mertua, seperti sungkan, malu dsb apalagi kalo ada masalah pekerjaan rumah tangga yg malah diselesaikan mertua, mungkin itu kekurangan tinggal bersama mertua, seperti ada 2 kepala keluarga dlm 1 atap
– Karena kesibukan bekerja, bahkan pernah luar kota, maka saya jg kurang akrab/bersosialisasi dgn anak2 maupun teman/tetangga/lingkungan sekitar
– Utk masalah bersosialisasi ini jg terjadi di lingkungan pekerjaan, saya merasa sibuk/bingung sendiri dgn pekerjaan saya, apalagi jika banyak yg harus ditangani, entah kenapa saya susah memanajemen pikiran/waktu, jadi waktu istirahat/interaksi dgn rekan kerja/bahkan sudah pulang kerja pun saya msh memikirkan/mengerjakan pekerjaan yg belum tuntas
– Pekerjaan memang tidak ada habisnya, jadi seakan2 pikiran/waktu saya tersita, hal itu yang selama ini mengganggu khusyuknya ibadah, sosial, keluarga dsb, mknya saya sering diputus kontrak/resign karena tidak memenuhi target/tidak cocok/sejenisnya, jadi tidak pernah sampai awet lama/jadi pegawai tetap, selain memang proyeknya yg berakhir
– Di tahun 2020 ini saya akui memang terpuruk, selain karena dikeluarkan dari pekerjaan (bukan karena virus corona, tapi dari kesalahan saya yg lagi2 kewalahan karena byk yg ditangani) tapi juga efek dari corona byk PHK, mknya susah mencari kerja lagi, apalagi byk proyek yg ditunda, disamping kendala usia pd lowongan yg ada
– Keuangan keluarga jg terpukul, mknya saya sampe merasa perlu mengirit, bahkan urusan makan (sampe kurus), akibatnya malah saya merepotkan keluarga & sekitar, saya merasa jd benalu/beban buat orang tua/mertua, jg khawatir dgn biaya sekolah anak, dan kekhawatiran lainnya sampe saya bingung (seperti menunda biaya2 mengurus BPJS, SIM+STNK, karena mendahulukan kebutuhan primer)
– Sbnrnya tdk mau tambah merepotkan keluarga dgn berhutang karena memang posisi saya tdk bekerja/tdk ada jaminan, apalagi saya jg kurang dekat dgn teman2 (kelemahan saya yg kurang sosialisasi) teman macam apa saya yg menghubungi mereka utk minta pekerjaan/hutang/butuh bantuan saja
– Hanya bisa berdoa/yakin sama Allah, tapi hati kecil ini msh belum mantap karena hal2 yg saya jelaskan diatas, bahkan ibadah jg kurang khusyuk karena byk pikiran
– Di satu sisi saya takut kepada Allah bgmn tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga, sebagai anak thd ortu, dll, namun disisi lain saya ingin melepaskan beban masalah2 tsb
– Apakah saya kaku? tidak bisa luwes berinteraksi dgn orang lain, bahkan dgn anak sendiri seperti tidak bisa menjadi ayah yg normal yg bisa mengobrol/bermain/mendidik anak
– Jika ada masalah kenapa saya cenderung menghindar, cari aman, dsb?
– Apakah karena problem solving saya yg buruk, kurang bisa manajemen diri & waktu, dll yg menyebabkan selalu gagal dlm karir, keluarga, sosial, dsb?
Hidup saya seperti siklus seperti ini:
1. Susah bekerja/usaha, sering pindah2 kerja
2. Tidak ada pemasukan/penghasilan
3. Mengirit/mendahulukan kebutuhan primer (mengurangi makan, baju, sabun, dll)
4. Malu menumpang/membebani mertua/keluarga
5. Badan lemas/malas, penampilan memburuk, susah manajemen diri/waktu, susah problem solving/menghindari masalah
6. Mengurung diri di kamar, malu keluar rumah/bertemu teman/sosialisasi
7. Menghindari WA/telp teman bahkan keluarga
8. Kembali ke no.1
Halo Bapak yang baik hati, tanggung jawab dan memikirkan kebaikan keluarga. Menurut saya, Bapak sudah bisa menilai baik buruk diri sendiri, dan itu bagus. Berikutnya adalah kemauan Bapak untuk memperbaikinya.
Apakah Bapak mau memperbaiki diri Bapak untuk ke arah yang lebih baik? Jika mau, coba lah untuk berubah dan saya yakin itu tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin.
Hal pertama yang harus Bapak lakukan adalah MAAFKAN DIRI SENDIRI. Kemudian, Bapak harus mulai menyayangi diri Bapak sendiri terlebih dahulu dengan menerima kelemahan Bapak dan kelebihan Bapak. Perlahan, Bapak perbaiki hubungan dengan mertua, istri dan anak2.
Buang semua perasaan bersalah Bapak karena itu tidak membantu sama sekali. Terima lah bantuan jika memang kondisi Bapak perlu dibantu, terbuka lah. Alam semesta akan membantu yang Bapak butuhkan, dan itu pun jika Bapak berkenan untuk dibantu. Jadi, jangan menutup diri dari pertolongan alam melalui orang-orang yang Bapak sayangi.
Hanya itu Pak, maafkan diri sendiri, dan sayangi diri sendiri. Perluas rasa sayang itu kepada mertua, istri dan anak2, maka semua masalah tadi perlahan akan hilang. Semangat Pak!
Halo bapak. Izinkan saya memberi saran ya pak. Mohon maaf apabila saya salah kata, niat saya ingin menolong bapak walau sedikit.
Alhamdulillah pak, nikmat yg Allah beri kepada bapak masih sangat banyak, pertama, disyukuri dulu ya pak, tanpa tapi. Dari uraian bapak, bapak pasti mengetahui apa saja nikmat yang Allah beri. Alhamdulillah bapak masih ingat Allah. Ini hal yang saya lakukan saat banyak pikiran dan kalut pak, yakni bercerita kpd Allah kapan saja. Sehabis sholat memang lebih disukai. Awali dahulu ta’awudz, bismillahirrohmaanirrohiim dan sholawat nabi, lalu apabila ingin berdzikir, berdzikir saja, apabila tidak, langsung saja ceritakan kepada Allah. Ceritakanlah kegelisahan bapak, dengan sebebas bebasnya. Mintalah kepada Allah rezeki agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga, mintalah kepada Allah kemudahan berkomunikasi, mintalah kepada Allah agar didekatkan hatinya kepada anak dan mertua, niatkan dalam hati dan sungguh-sungguh, karena apabila tidak seperti itu, maka sebenarnya, hakikatnya, bapak tidak ingin berubah. Ingatlah bahwa Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pak. Insya Allah, Allah beri jawaban atas kegelisahan bapak. Apabila bapak masih ingin bercerita, alangkah baiknya bapak bercerita kepada istri, meminta solusi dan pandangan dari istri, bahkan minta doakan. Mulailah pula percakapan dengan anak, sedikit-sedikit saja alhamdulillah, disyukuri progressnya, walau hanya bertukar salam di pagi hari. Mengenai pekerjaan, saya rasa bapak sudah mengetahui masalah dan solusinya, mungkin bapak lebih baik menyelesaikan satu persatu dahulu, sabar menyelesaikannya dan baru ke proyek lain. Bisa mencari pekerjaan freelance dahulu pak, di internet, atau minta pekerjaan kepada teman bapak, bukan minta pinjaman. Mungkin begitu pak pendapat saya, semoga membantu ya pak. Saya doakan bapak dan keluarga selalu disayang dan diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala, aaaamiin ya Allah..