Jadi awalnya. Aku pernah dekat dengan seorang laki” berinisial M.
Si M ini seseorang yg aku sukai dari sejak lama. Dia itu sosok yang sangat lurus. Intinya gag mau pacaran/ berkomitmen kalo memang belum siap.
Nah, akhir” ini aku merasa dia begitu peduli denganku. Dia selalu mempertanyakan masa depanku. Langkah apa yg akan aku ambil. Bahkan dia selalu memberikan aku saran banyak hal. Tetapi dia juga mengejar aku untuk segera sukses. Dalam artian lebih berkembang.
Kadang aku merasa kesel. Seperti hidup aku didekte sama dia. Seolah” dia tau langkah terbaik dalam hidupku. Masalahnya aku bukan terlahir dari orang yg serba ada. Semenjak ayahku meninggal. Aku harus membantu kehidupan keluargaku. Itu sebabnya aku juga belum siap membangun bisnis sendiri. Tapi si M ini seolah” menyuruh aku segera berbisnis. Padahal kan bisnis yg dia maksud itu butuh biaya yg gag sedikit. Dia selalu mendorongku untuk maju. Yg tentunya membuatku selalu menangis dan stress. Karena aku sudah capek menjalani kehidupan kuliah, kerja, jadi penulis, membiayai kuliah sendiri. Tapi semua itu seolah tidak berharga di mata dia.
Si M ini selalu memberi aku ilmu” baru. Dia juga sering ngechat aku duluan hampir setiap hari kita intense. Dia bercerita banyak hal tentang kelemahan dirinya, impian”nya, dia selalu sharing denganku. Dia memang bercita” menjadi professor. Itu sebabnya dia masih terus melanjutkan pendidikan hingga s2, s3 dan seterusnya.
Aku pernah bertanya pada si M menurut kamu aku ini orang seperti apa? Dia bilang bagiku kamu sama seperti temanku lainnya. Nggak ada yang spesial.
Nggak tau kenapa rasanya sakit banget. Aku pernah bercerita padanya untuk rencanaku menikah sebelum umur 27th. Si M bilang. Kamu kalo mau nikah duluan silahkan, aku tunggu undanganya. Tapi aku belum tentu bisa datang, soalnya kan lagi pandemi. Dan aku juga belum tentu ada dikota ini karena aku ngajar di luar kota.
Terus aku jawab “jadi, kamu mendoakan aku segera menikah?”
Lalu si M bilang. “Nggak juga, toh doa juga nggak merubah takdir”.
Malam itu aku berantem sama si M. Aku merasa dia laki” yg gag jelas. Cuma mau mendekati tanpa memberi kepastian. Bagiku itu buang” waktu. Aku bilang ke si M. Sekarang gini laki” dan perempuan berteman dekat. Setiap hari sharing. Dengan kenyamanan. Kalo sampek nggak ada rasa kan tandanya gag normal?
Terus aku bilang juga ke dia. Kalo umur aku 15 tahun aku bisa aja temenan sama kamu. Tapi aku udah dewasa. Aku gag bisa terus”an berteman tanpa komitmen. Jadi maaf aku gag bisa temenan sama cowok yg gag jelas.
Habis itu dia bilang. Ok nggak masalah. Walaupun kamu nggak mau temenan sama aku. Aku tetep nganggap kamu temen aku.
Habis itu kita pisah. Nggak kontak sama sekali. Karena aku sudah melarang dia. Untuk tidak menghubungiku lagi.
Dia masih sering melihat story”ku di sosial media. Tapi aku udah nggak pernah melihat storynya… aku udah nggak mau tau kehidupan dia. Walaupun kadang aku merasa rindu dg dia.
Menurut kamu dari sudut pandang aku dan si M ini bagaimana…
Apakah keputusan aku berpisah ini adalah keputusan yg tepat?