Hai..
Aku nggak tahu mau cerita darimana karena bakal panjang banget, soalnya yang selama ini aku lakuin cuma memendam dan melupakan. Tapi kadang aku juga suka teringat kalau emang bener-bener down parah.
Aku merasa pusing, bingung, cape. Penyebab yang aku temuin mungkin karena aku kesepian dan nggak punya temen cerita. Aku punya banyak temen kok, punya banyak teman dekat, tapi rasanya setiap mau memulai cerita selalu saja tertahan karena temen-temenku itu suka ngadu cerita mereka sama aku. Mereka membandingkan hidupku sama orang-orang kurang beruntung.
Aku merasa putus asa, dan malas dengan apapun yang aku lakuin walau segala pekerjaan aku lakuin dengan baik. Aku merasakan sesak, ingin menangis, tapi selalu nggak sempat karena sedikitnya privasi yang aku dapatkan. Aku udah tutup semua akun sosial mediaku kurang lebih 3 bulan yang lalu, mempersempit interaksi sama semua teman-temanku. Tapi ketika aku kembali kumpul sama mereka, bercandaan kita udah nggak nyambung, aku jadi ketinggalan banyak momen sama mereka. Dan yang aku lakuin disitu cuma diam, menatap, dan ikut tertawa aja. Padahal aku bukan tipikal pendiam.
Aku udah cerita sama temenku tentang gimana aku yang emang butuh waktu sendiri. Ternyata, dia katanya juga pernah ngerasain apa yang aku rasain bahkan dia mencoba untuk nyakitin diri sendiri. Disitu aku stuck. Aku jadi dengerin masalah dia. Aku selalu ada di posisi sebagai pendengar. Aku tahu cerita mendalam mereka, tapi nggak ada satupun yang tahu cerita paling mendalam tentang aku.
Aku juga sama. Menyakiti diri sendiri. Dan sudah kulakukan hingga seringkali aku takut benda tajam.
Aku merasa kehilangan sesuatu dalam diriku. Bukan kehilangan orang yang amat aku sayangi, melain aku merasa kehilangan sosokku. Ada masalah di masa lalu, yang nggak bisa aku hadapin sampai sekarang. Aku jadi nggak berani menatap orang-orang dan berandai-andai aku akan seperti dia. Bahkan untuk insecure dan membandingkan juga nggak pantas. Aku juga nggak berani membuka diri untuk orang-orang yang ingin mengenalku. Aku cenderung tidak memperhatikan sekitar.
Aku sudah cukup kesepian. Tidak ada teman cerita dan tidak ada tempat untuk menyendiri, konsultasi pun mahal. Lalu cerita di jejaring sosial dengan akun anonym pun buat apa. Karena yang aku pikir, masalahku ya masalahku. Aku aja kadang anggap cerita temanku nggak penting.
Makanya, hari ini aku memberanikan diri. Aku ingin pendapat. Karena aku juga manusia biasa yang butuh manusia lain untuk mendengarkan walaupun ceritaku nggak penting. Terimakasih sudah membuat web ini, membuat aku leluasa bercerita tanpa harus membagikan semua informasiku.
hai, sebenernya kasusmu sama kayak aku. tapi ya terkadang kamu perlu ngasih tau ke seseorang setidaknya 1 orang aja yang menurutmu bisa kamu percaya. apa ya, kalau kamu nahan semua sendiri bakalan semakin sakit dan lebih sakit. kalau bener2 gabisa cerita ke orang, lampiasin ke sesuatu kayak gambar, main game, jalan-jalan, nonton film favorit hahaha hal-hal simpel yang bisa ngeredain semua itu. kalau gabisa lagi coba kamu tulis semua hal dari yang kamu senengin sampe yang sakit sekalipun 🙁 aku gatau harus ngomong gimana, tapi soal temen, hmm apa ya, menurutku sekarang banyak orang yang “kamu kalau butuh aku ya ayok, kalo gabutuh ya gapapa. wkwkw dan aku salah satunya” jadi pasti masih banyak yang bisa mengerti kamu asal kamu terbuka jangan kasih batasan dlu dan yang terpenting timbal baliknya. kamu harus bisa ngerasain seneng kalau sama dia. yah aku gatau ini bisa diambil gak maknanya, tapi aku udah berusaha biar kamu ga sendiri lagi
OH MY GOD. AKU- begini, membaca ini aku seperti membaca ceritaku sendiri :’)
aku dulu jg punya byk teman, tetapi tdk ada org yg sebenarnya kuanggap ‘teman’. mereka selalu suka bercerita, tetapi giliran kita bercerita mereka tutup kuping. sekalinya kita bercerita, mereka berujung menceritakan ttg dirinya seakan kehidupannya lbh parah, itu yg membuatku menjd tertutup dgn mereka. walaupun teman2ku menganggapku tempat curhat ternyaman sebenarnya aku sama sekali gak peduli ttg cerita mereka, mereka tdk ada yg bertanya2 knp sosmedku mati semua, bahkan satupun tdk ada yg sadar.
di pandemi ini yg dulunya aku punya lbh dr 20 teman, berakhir hanya memiliki 1. aku sama sekali tidak pernah berpikir dia akan menjadi teman terdekatku. kami saling berbagi cerita, yg dulunya aku menahan beban sendiri tetapi skrng ada dia yg rela mendengarkan walaupun hanya 1 org. rasanya semua beban sirna, yg dulunya aku selfharm, (maaf) memukul kepala pakai tongkat besi, masa2 itu lewat seakan2 tdk pernah terjadi krn ada dia temanku itu.
dari sini aku percaya bahwa masing org wajib memiliki minimal 1 teman cerita. dan membaca ceritamu aku sungguh paham. kamu benar kok, mereka patut dijauhi, teman palsu hanya datang saat memerlukanmu! dan mulai detik ini carilah teman cerita, cobalah menceritakan 1 cerita ke teman yg menurutmu paling kau dekati. lewat situs ini jg bisa, pasti banyak org sepertiku yg mau jd temanmu. kapan2, kamu cerita lagi disini, aku usahakan akan membaca dan menjawabnya! inget ya, sebetapa enggak pentingnya ceritamu bagimu, pasti bagi org yg pernah mengalaminya akan menjadi cerita yg penting. terima kasih sudah memberanikan diri untuk bercerita di sini. semoga ini membantumu, maaf jika aku malah menyakitimu ya 🙁
OH MY GOD. AKU- begini, membaca ini aku seperti membaca ceritaku sendiri :’)
aku dulu jg punya byk teman, tetapi tdk ada org yg sebenarnya kuanggap ‘teman’. mereka selalu suka bercerita, tetapi giliran kita bercerita mereka tutup kuping. sekalinya kita bercerita, mereka berujung menceritakan ttg dirinya seakan kehidupannya lbh parah, itu yg membuatku menjd tertutup dgn mereka. walaupun teman2ku menganggapku tempat curhat ternyaman sebenarnya aku sama sekali gak peduli ttg cerita mereka, mereka tdk ada yg bertanya2 knp sosmedku mati semua, bahkan satupun tdk ada yg sadar.
di pandemi ini yg dulunya aku punya lbh dr 20 teman, berakhir hanya memiliki 1. aku sama sekali tidak pernah berpikir dia akan menjadi teman terdekatku. kami saling berbagi cerita, yg dulunya aku menahan beban sendiri tetapi skrng ada dia yg rela mendengarkan walaupun hanya 1 org. rasanya semua beban sirna, yg dulunya aku selfharm, (maaf) memukul kepala pakai tongkat besi, masa2 itu lewat seakan2 tdk pernah terjadi krn ada dia temanku itu.
dari sini aku percaya bahwa masing2 org wajib memiliki minimal 1 teman cerita. dan membaca ceritamu aku sungguh paham. kamu benar kok, mereka patut dijauhi, teman palsu hanya datang saat memerlukanmu! dan mulai detik ini carilah teman cerita, cobalah menceritakan 1 cerita ke teman yg menurutmu paling kau dekati. lewat situs ini jg bisa, pasti banyak org sepertiku yg mau jd temanmu. kapan2, kamu cerita lagi disini, aku usahakan akan membaca dan menjawabnya! inget ya, sebetapa enggak pentingnya ceritamu bagimu, pasti bagi org yg pernah mengalaminya akan menjadi cerita yg penting. terima kasih sudah memberanikan diri untuk bercerita di sini. semoga ini membantumu, maaf jika aku malah menyakitimu ya 🙁
Yaampun. Kamu keren. Maksudku, kamu masih bisa bertahan walaupun kamu sendiri udah ngerasa capek dan ga bisa cerita ke temenmu. Soal self harming, sebaiknya jangan kamu lakuin lagi. Soalnya, setelah kita ngelukain diri sendiri nggak ada yang kita dapat selain rasa sakit kan? Dan juga soal temanmu, aku rasa kamu perlu tegaskan kl kamu juga ingin berada di posisi sebagai “yang bercerita”. Tetapi, kl misalnya mereka masih belum berubah juga, aku rasa kamu perlu mencari orang lain yang bisa dipercaya dan mau mendengarkan ceritamu. Kamu keren, kamu luar biasa. Aku yakin suatu saat kamu bakal ketemu temen baik yg mau mendengarkan ceritamu juga.