Hai, aku F. Aku baru saja menginjak umur 20 bulan kemarin, nothing special. Keluhan ku itu adalah apa aku boleh bersedih? Aku memiliki trauma masa kecil dengan kekerasan dan pelecehan namun diabaikan.
Ya, bisa dikata orangtua ku tidak begitu peduli dengan masalahku. Aku mungkin sudah dewasa, tapi aku belum menemukan jati diri ku dan aku masih belum bisa menemukan jalan terbaik untukku.
Aku orang yang tidak mudah terbuka dan speak up tentang perasaanku sendiri pada siapapun kecuali teman yang paling dekat. Aku bukan tidak berani, tapi aku pernah mengatakannya namun di tolak jadi aku tidak ingin mengungkapkan nya lagi.
Dulu aku selalu menyalahkan diriku sendiri, orangtua ku, sekeliling ku, menjadi kacau karena adanya aku. Mereka selalu bilang bahwa aku jutek, cuek, kaku, tidak pernah tersenyum, ngeselin, tidak asik, tidak peduli, jahat, dll yang membuat suasana mereka berantakan karena adanya aku.
Aku berusaha berbaur dan terbiasa untuk bersama mereka meski harus berpura-pura, aku masih belum bisa bahkan aku selalu marah, sedih, kecewa pada diriku sendiri. Setiap kata-kata yang mereka lontarkan pada ku, aku selalu mengurung diri dan menangis sendiri, jujur, aku dulu orang yang sangat sensitif.
Karena hal itu, untuk meredakan rasa marah, sedih, kecewa dalam diriku, aku selalu menyakiti diriku sendiri seperti menjambak rambutku sampai rontok, mencubit atau memukul tubuhku sendiri, menampar wajahku sendiri, memaki diriku sendiri dengan menulisnya di buku.
Namun hal itu berhenti dan aku mulai menerima hidup yang aku terima saat mulai dewasa di umur 15 tahun. Saat itu aku masih berusaha tapi semuanya menjadi lancar dan terbiasa hingga sekarang.
Hanya saja, seiring berjalannya waktu aku mulai lelah dengan kehidupan ku yang dimana aku tidak bisa menunjukkan diriku sendiri kepada orang lain, aku lelah harus berpura-pura menjadi orang lain. Aku tidak selalu menjadi pendiam saat ini bahkan ketika aku masih menerima kata-kata jahat dan kotor dari mereka tentang ku.
Tapi ketika aku sedang berada dititik terendah, entah masalah pekerjaan atau aku yang sedang sakit. Aku selalu menjadi pendiam dan tidak bicara sama sekali, jadi karena itulah mereka mulai membandingkan lagi dan mengatai ku lagi seperti dulu.
Padahal, aku hanya ingin diberi ruang dimana aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus berpura-pura terus yang terlihat bahagia dan ceria. Aku ingin menunjukkan bahwa aku rapuh dan terluka, aku bahkan tidak pernah membantah atau menolak apa yang mereka suruh padaku, entah soal aku yang harus pindah-pindah sekolah dan tidak memiliki teman yang membuatku sulit berinteraksi dengan orang lain, tidak melanjutkan sekolah negeri dan harus sekolah paket, menyuruhku menikah dengan laki-laki berumur 45 tahun.
Kenapa aku tidak boleh marah? Kenapa aku tidak boleh menangis? Kenapa aku tidak boleh menentang atau memberontak? Apa keputusan pergi dari orang-orang yang menyakiti hal yang benar? Mereka orang tua ku dan aku sudah banyak mengorbankan diri sebagai anak pertama dan kakak pertama.