Selalu Dituntut Mengalah

Saat aku ngetik ini, aku lagi dalam kondisi marah bercampur kecewa. Setiap dalam kondisi ini, entah kenapa rasanya masalah-masalah lalu yang juga menyebalkan datang ke ingatan ku bertubi-tubi, membuat dadaku sesak.

22 tahun lalu, aku lahir sebagai anak kedua, bungsu. Aku terbiasa dipaksa mengalah karena aku seorang adik. Tapi diusia 17tahun, tiba-tiba aku jadi seorang kakak. Aku pikir fase aku dibungkam soal perasaan ku akan berakhir, karena aku sudah jadi kakak. Aku bisa sedikit egois.

Nyatanya, nihil. Aku mengalah lagi karena tuntutan ‘seorang kk harus mengalah’.

Harusnya aku biasa saja ketika orang tuaku selalu membawa banyak camilan untuk adikku tiap mereka dari luar. Toh aku sudah besar, sudah bisa beli sendiri. Tapi rasanya masih sakit saja, terasa seperti dilupakan dan tidak nampak fungsinya.

Harusnya aku juga biasa saja, ketika kk ku pulang dari kos dan disiapkan makanan, dibahagiakan dengan dituruti dengan menyediakan makanan yang dia suka. Tapi ternyata, aku masih merasa sakit.

Apa aku harus kerja jauh, supaya pulangnya dapat sambutan hangat? Apa aku harus jarang pulang, supaya makanan kesukaan ku dihidangkan?

Aku marah pada diriku karena merasa sakit pada perlakuan sepele seperti itu. Aku di rumah, tapi aku kehilangan rumah.

Rasanya mie instan jadi begitu spesial karena dia lebih sering ku pandang dari makanan lainnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *