saya tidak siap dengan semua tekanan ini

I Love My Family, Tapi …

Hai, izinkan saya untuk berbagi akan hal ini. Saya merasa stres setiap hari karena tekanan yang datang dari keluarga. Awalnya, kami adalah keluarga yang bahagia dan serba cukup. Hingga pada pertengahan 2021, ibu saya jatuh sakit. Dia terserang stroke.

Sebelumnya, saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak saya dua-duanya perempuan. Yang pertama sudah meninggal saat melahirkan, dan yang kedua sudah menikah namun masih tinggal di rumah orang tua. Saya sendiri adalah mahasiswa semester 8 yang insya Allah sebentar lagi wisuda.

Sejak awal saya masuk kuliah, saya selalu berniat untuk tidak memberatkan keluarga akan biaya dan sebagainya. Alhamdulillah saya dapat beasiswa, tinggal di asrama yang relatif murah hingga di semester 5 saya mulai mengembangkan “semacam bisnis”. Bisnis tersebut awalnya hanya untuk selingan saja, mengisi waktu luang dan sebagai sarana untuk menyalurkan hobi. Namun ternyata, bisnis tersebut berkembang dan saya tidak menyangka akan menghasilkan uang yang lumayan. Tentu saya merasa senang, begitu pun dengan keluarga. Setiap waktu “gajian” datang, keluarga saya selalu meminta bagian dari penghasilan saya. Saya sama sekali tidak keberatan akan hal itu, karena saya memang menyayangi keluarga.

Tepat pada Agustus 2021, ibu saya tiba-tiba tidak bisa bergerak dan bicara. Ia terkena stroke. Kami langsung membawanya ke rumah sakit yang ada di daerah saya. Dia dirawat selama berhari-hari. Ternyata, biaya pengobatannya sangat mahal, hingga menghabiskan semua tabungan saya. Saat keluar dari rumah sakit, kondisinya lumayan membaik. Namun tetap saja, ia harus memakai kursi roda.

Dengan ibu saya yang jatuh sakit, ia tidak lagi bekerja. Okay, sebelumnya ia bekerja di pasar, berjualan aneka sayuran dan hasilnya lumayan. Bapak saya juga tidak bekerja karena dia sudah tua. Kakak saya yang kedua, baru selesai lahiran. Saat anaknya berusia 4 bulan, ia memutuskan untuk bercerai dengan suaminya karena suatu hal. Dia tidak bekerja, suaminya berhenti memberi dia nafkah karena mereka resmi berpisah. Keponakan saya (anak almarhumah kakak yang pertama), masih SD dan sebentar lagi akan masuk SMP.

Saya mulai menyadari bahwa satu-satunya orang yang masih bisa menghasilkan uang saat ini, hanyalah saya sendiri. Awalnya saya yakin bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi belakangan ini saya mulai khawatir. Bisnis saya tidak berkembang, penghasilannya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi hutang orang tua ke salah satu bank swasta dimana saya juga yang harus membayarnya.

Saya mulai terasa tertekan. Kebutuhan sehari-hari tidak ada habisnya, semua anggota keluarga membutuhkan uang, ponakan saya yang SD sangat pemalas, kakak saya pengangguran, bapak saya marah-marah terus, kebutuhan bayi menumpuk dan ibu saya yang tiap minggu harus check up, membeli obat yang tentu saja menghabiskan banyak uang juga. Belum lagi di semester ini saya harus segara menyelesaikan skripsi saya. Saya merasa tekanan datang dari mana-mana. Saya tidak bisa lagi tidur nyenyak.

Saya menyayangi keluarga saya, tapi saya tidak siap dengan semua tekanan ini.

1 thought on “saya tidak siap dengan semua tekanan ini”

  1. Halo. Kamu luar biasa banget. Saya tidak bisa memberi saran karena saya wanita pengangguran yang selalu menjadi beban keluarga. Sepertinya kita seusia tapi kamu mampu menghidupi keluargamu bahkan keponakanmu. Semoga apa yang kamu lakukan selama ini berbuah manis.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *