Assalamualaikum wr wb …
Perkenalkan nama aku putri ( nama samaran) aku berusia 23 tahun, ini pertama kalinya aku menulis di situs curhat seperti ini, selain aku meminta kepada Allah SWT agar di beri kesabaran dan kekuatan aku memutuskan untuk mencurahkan isi hati ku disini. Karena aku tidak mungkin menceritakan kepada orang tua ku.
Jadi, aku punya suami usianya 30 tahun dia duda anak 1, umur anak nya baru 3 tahun. Tapi anaknya itu ikut sama ibunya.
Entah kenapa dalam hati kecil ini bisa di bilang aku menyesali pernikahan ini😔 begitu tersiksa nikah sama duda karena jika suamiku ingin bertemu sama anaknya otomatis harus ketemu sama mantan istrinya juga, dan itu yg bikin saya sakit hati, aku takut suamiku dan mantan istrinya mereka saling merindukan atau apalah pokoknya pikiran ku sudah takaruan apalagi mereka pernah hidup bersama 2 atau 3 tahun, yang aku khawatirkan mereka saling merindukan satu sama lain. Apalagi di pernikahan mereka sudah di kharuniai anak dan aku takut mereka bertemu diam-diam di belakang aku lalu mereka rujuk, dan aku? Aku di buang 😔
Itu lah yang ada di pikirian aku .
Kalau suamiku mau ambil anaknya emang sih suamiku ajak aku untuk ikut tapi aku nya yang tidak mau, aku ga mau melihat mereka berdua bersama anak mereka, membayangkan nya saja aku sangat terluka apalagi kalau melihat langsung, itu sangat menyiksa dan pasti aku kepikiran…
Di saat ini aku sangat bingung, ingin bertahan tapi aku selalu tersiksa dengan pikiran dan perasaan ini apalagi pernikahan kami baru menginjak 6 bulan. Kalau aku memutuskan untuk akhiri aku sangat sayang dan cinta sama suamiku aku sangat bingung apa yang harus aku lakukan😔 Aku sangat kebingungan😢😔
Hai perkenalkan nama saya tulip, apa yang akan kalian lakukan jika jadi saya, saya adalah perantau luar negeri atau biasa disebut BMI/TKW, sudah 5 th saya meninggalkan anak dan suami, kenapa saya begitu lama pergi meninggalkan mereka, jawabannya sudah pasti karena ekonomi, tiap bulan saya tidak pernah absen mengirim uang padahal ada suaminya kan dirumah rapi tetep aja saya bantu perekonomian suami saya, dan saat ini saya sudah lelah Sangat lelah, karena segitu saya yang tiap bulan kirim uang ke suami, bln lalu saya dpt SMS dr salah satu teman suami saya mengatakan klo batas waktu pembayaran hutang sudah tiba, saya yg bingung hutang apa, beliau mengatakan hutangnya suami saya yg jumlahnya tidak sedikit yaitu 18jt , ternyata suami saya melakukan pinjaman online tanpa sepengetahuan saya, sekarang dia sedang bingung dan menyerahkan tanggungan hutang nya pada saya semuanya, ini bukan yang pertama kali dia melakukan ini, dulu dia berjanji tidak melakukan pinjol lg tp ternyata sekarang, astaghfirullah. Saya tanya untuk apa dia melakukan pinjaman online tsb, dia jwb untuk kehidupan sehari-hari, padahal tiap bln saya selalu kirim, tidak sedikit loh kadang 6 jt kadang 5 jt bahkan pernah 9 jt saya kirim, Saya ingin cerai sumpah saya lelah.
Terimakasih sudah membaca keluh kesah saya, maaf jika penulisan nya terdapat kata yg kurang berkenan
Hi, Putri.. Semoga harimu selalu menyenangkan sehingga kamu kuat untuk mengambil keputusan apa pun.
Aku pun sudah menikah, tapi aku gak pernah kebayang apa rasanya menikah dengan seorang duda atau orang yang sudah pernah menikah sebelumnya, apalagi sudah dikaruniai anak. Perasaanmu sangat mudah dimaklumi. Tapi, jika saat ini kamu sedang cemas dan memikirkan hal2 buruk seperti yang kamu sebutkan, coba tarik napas dan mari kita renungkan sejenak.
Aku yakin kamu sudah pikirkan baik dan buruknya menikah dengan seorang duda sejak kalian masih berpacaran. Pernikahan baiknya dilandasi rasa percaya satu sama lain, serta komunikasi yang menyenangkan, bahkan di saat yang paling gak menyenangkan sekali pun. Bicarakan dan utarakan apa yang kamu rasa ke pasanganmu. Dilihat dari bagaimana suamimu tetap mengajakmu ketika ia ingin ketemu anaknya, rasanya hal itu gak perlu kamu khawatirkan. Aku paham, pada saat kamu melihat mereka bertiga bertemu, pasti kamu mengimajinasikan kehidupan mereka sebelum suamimu bertemu kamu. Tapi yang mesti kamu ketahui, yaitu bercerai bukanlah keputusan yang mudah untuk orang yang merasa sanggup berkomitmen, apalagi jika di pernikahan tersebut sudah menghadirkan anak. Tapi jika akhirnya seseorang bercerai bahkan di saat mereka sudah memiliki anak, biasanya, kedua orang tersebut sudah berada di hubungan yang sudah tidak bisa diselamatkan. Suamimu mengajak kamu jelas untuk menghindari hal2 yang tidak dia inginkan, kehadiranmu saat mereka bertemu adalah untuk membuktikan bahwa suamimu sudah bahagia bersamamu. Apalagi jika hubunganmu dengan suamimu baik, terlihat kasih sayangnya terhadapmu, menunjukkan cintanya padamu, maka, bener, deh, kamu gak perlu mengkhawatirkan apa pun.
Aku tidak ingin menasihati kamu, aku hanya ingin memberi saran. Bagaimana kalau lain waktu suamimu ingin ketemu anaknya, kamu ikut? Cobalah berteman baik dengan mantan istrinya. Bisa diawali dengan mengobrol soal pakaian, makanan, masakan.. apa pun yang nggak ada hubungannya dengan suamimu. Jika kamu sepercaya diri itu untuk ada di situasi tersebut, suamimu juga pasti akan semakin takjub. Boro2, deh, dia bakal mikir buat balikan sama mantan istrinya, yg ada di pikirannya pasti bakalan cuma kamu dan bagaimana meyenangkan kamu. Lagipula gak baik berpikiran buruk pada suami yang jelas2 baik sama kita. Dan semua laki2 pasti menyayangi anaknya, terlepas siapa pun ibunya. Itu hal yang patut kamu hormati. Itu bisa jadi gambaran luas kelak jika kamu melahirkan anaknya. Sulit untuk menemukan kedamaian di luar, jika di dalam diri sendiri tidak ada kedamaian.
Semoga bisa jadi bahan perenungan, ya, Putri. Dan semoga kamu selalu kuat. 🙂