beban ini terlalu berat untuk ku pikul sendiri

Usiaku baru masuk 20 tahun bulan Agustus ini. Aku orang nya sulit bergaul, berbicara seadanya dan juga sangat ceria jika berada dgn org terdekat. Aku punya 2 orang kakak, dan 2 orang adik. Sedari kelas 3 SD, karena kakak” ku ngekos (satu kuliah, satu kerja), aku yang selalu mengurus keperluan ortuku dan kedua adikku. Seperti mencuci baju, memasak. Awalnya aku tidak keberatan dengan tugas” itu. Karena aku tahu, suatu hari kami akan hidup bahagia setelah kakak”ku sukses nnti. Tapi ternyata, kakakku yang pertama hamil diluar nikah. Mereka menikah dengan biaya pernikahannya sebagian besar ditanggung ortuku. Setelah itu dia ikut suaminya tanpa membalas budi ortuku yang sudah susah payah menyekolahkan nya. Harapanku tinggal kakak perempuan ku yang sedang kuliah. Tapi sepertinya memang Tuhan tidak mengizinkan aku hidup bahagia. Setelah 4 tahun insiden kakak pertamaku, kini kakak kedua ku juga hamil diluar nikah saat detik” kuliah nya selesai, dan kami baru tahu saat usia kandungannya 8 bulan.

Ortuku sangat hancur, mereka sangat berharap kepada kakak ku itu. Disaat usiaku masih sangat muda, aku harus mengurus ortu dan kedua adikku karena ortuku bekerja dan adik”ku tidak tahu mengurus rumah. Aku merasa beban sedikit demi sedikit terasa berat, hutang ada dimana mana karena membiayai pernikahan kakak”ku dan biaya kuliah kakak ku yang bahkan tidak dia lanjutkan dengan alasan dia sudah bahagia dengan keluarga kecilnya. Alhasil ketika aku sudah masuk smk kami kekurangan uang dan aku yang ingin kuliah pun tidak punya biaya.

Ketika aku mendaftarkan diri di sebuah politeknik, aku gagal. Dan akhirnya saat ini aku sedang melakukan pendidikan non formal. Aku ingin kuliah, tapi aku tidak ingin membebani ortuku. Jadi aku harus segera bekerja untuk membantu ortuku menyekolahkan adik”ku.
Kemudian semakin hari aku semakin tertekan. Aku merasa ortuku lebih menyayangi adik”ku drpda aku, mereka selalu marah padaku untuk hal” kecil, akan tetapi ketika aku mengeluh kan sikap adik”ku, ortuku mengabaikan ku. Mamaku tidak lagi mau mendengarkan curhatan ku, padahal aku sangat butuh itu, bayangan” rasa ingin bunuh diri sangat jelas di otakku.

Belum lagi masalah sahabat ku yang menjadi orang ketiga di hubungan ku. Apa yang harus kulakukan? Siapa yang mau mendengar suara hatiku, aku takut bunuh diri, tapi dadaku lebih sakit lagi. Aku merasa sendiri. Lalu aku memutuskan, jika sakitnya tidak bisa kutahan, aku akan mengiris lengan ku sedikit, setidaknya rasa sakitnya teralihkan. Jika saja bunuh diri tdk berdosa, maka aku sudah mati sekarang. Sekarang aku sering Insomnia, suka melampiaskan marah dengan memukul barang apapun didekat ku, sangat ceria didepan orang orang, selalu menangis diam”ketika malam, tidur disofa ruang tamu karena aku merasa kamar ku sempat sehingga aku merasa sesak nafas atau tidur dalam keadaan dada berdenyut. Alhamdulillah aku masih hidup saat ini dan berencana pergi sejauh mungkin dari keluarga ku, dan hanya mengirim kan uang saja.

1 thought on “beban ini terlalu berat untuk ku pikul sendiri”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *