Pertama, aku pengen nanya. Mungkin gak prilaku pelecehan yang pernah kita alami waktu kecil berdampak pada usia dewasa tanpa disadari? Sebelumnya aku gak pernah ingat. Hidupku aku rasa juga normal-nornal aja cuman aku mohon maaf, terlalu terobsesi dengan hal hal berunsur dewasa. Awalnya aku kira itu biasa, sisi kenakalan sekaligus penasaran remaja yang terus hinggap sampai sekarang aku dewasa. Sampai beberapa hari lalu aku ketemu tetangga lama, laki-laki dan lumayan berumur. Awal ketemu, biasa aja. 15 tahun lebih gak ketemu jadi awalnya aku lupa. Cuman, mendadak setelah ketemu itu, aku jadi inget kejadian dulu waktu aku masih kecil. Aku sering main ke rumah dia. Di rumahnya cuman dia dong karena ortunya kerja. Aku gak ngerti apa apa. Karena dia jelas jauh lebih dewasa aku selalu nurut apa yang dia minta. Ini mungkin sedikit sensitif, tapi aku pengen cerita sesuatu yang gak mungkin aku bisa ceritain ke orang lain di real. Dia pernah suruh aku buka baju, pernah ngajarin aku ciuman, pernah liatin tubuh telanjang dia depan aku, pernah menjamah bagian intim aku pake tangannya. Aku beneran gak tau apa apa waktu itu. Seingatku tiap aku main ataupun pulang dari rumahnya dia selalu suruh aku cium dia di bibir. Tololnya aku baru inget itu sekarang, sekian tahun. Dan, yang bikin aku bingung. Apa mungkin prilaku hypersex aku itu ada kaitannya demgan kejadian ini? Memang awalnya aku gak inget, dan baru inget belakangan. Tapi dari aku kecil, ada bagian dari diri aku yang suka baju seksi, suka liatin anggota badan terbuka, dan semakin dewasa kesukaan itu bertambah maju, bertambah luas. Apa aku ini aneh?

Hai.. Aku gak tahu ini di-post kapan, tapi aku mau coba jawab aja, soalnya aku juga butuh pengalihan dari stress hehe.
Btw, sebelumnya, terkait judul soal orientasi seks, apa itu artinya kamu termasuk LGBT? Karena yang aku pahami cuma hal-hal seputar orientasi seksualku sendiri: Gay.
Terus untuk jawabannya, kalau seingatku orang-orang yang termasuk kaum LGBT (khususnya laki-laki gay) itu sering banget dikaitkan dengan kehidupan masa kecil yang ‘tragis’. Sebut saja penganiayaan, bully atau dikucilkan, hingga pelecehan seksual. Jadi sangat wajar kalau kita percaya bahwa orientasi seks itu diubah oleh alam bawah sadar kita yang terpengaruh oleh kejadian traumatis tadi. Ini karena banyaknya kasus kaum LGBT yang punya latar masa kecil yang mirip.
Aku sendiri termasuk yang waktu kecil dianiaya dan dibully, yang membuat aku mengidamkan sosok pahlawan yang bisa melindungi aku, beda dengan laki-laki kebanyakan yang selalu ingin menjadi pelindung. Aku pernah merasakan pelecehan, hanya seseorang tidur di atas punggungku/di belakangku saat aku tengkurap, dan kondisinya tidak parah, kami masih berpakaian rapi dan aku lebih mengingatnya sebagai perundungan alih-alih menyebutnya pelecehan. Tapi, tetap saja itu pelecehan karena dia menggerakkan area ‘itu’ saat menindihku. Kalau selain itu, tidak ada, aku tidak ingat pernah dilecehkan secara seksual dalam batas berlebihan.
Alasan lain yang mungkin menghapus hasrat aku sama perempuan adalah karena aku mudah jatuh cinta, tapi selalu tak berbalas. Setidaknya, aku suka perempuan sampai aku mulai puber. Saat puber, hormonku gak bisa bohong. Aku hanya tertarik dengan perut kotak-kotak dan dada bidang alih-alih yang dimiliki perempuan. Kasar mungkin, kadang aku kesal melihat mereka (perempuan), tapi kadang aku terlalu hormat. Dalam pikiranku, melirik organ menarik milik perempuan itu hal terlarang, karena aku harus menghormati mereka. Tapi aku seolah dibawa ke taman bermain saat melihat betis mulus laki-laki.
Lalu kembali ke pertanyaan, apakah pelecehan bisa mengubah orientasi? Saya bisa jawab, Iya.
Kenapa? Padahal dari cerita tadi, alasanku berubah jadi gay kemungkinan antara emang genetika bawaan, perundungan (bully), dan kesialan asmara. Pelecehan kecil itu tak terhitung karena aku hanya menganggapnya salah satu aksi perundungan. Jadi kenapa aku bilang iya?
Karena aku pernah khilaf sama teman sma-ku. Waktu itu aku stress, si temanku ini juga sama, dan dia malah mengajakku melakukan hal intim, meminta bantuan tanganku. Singkat cerita, aku nekat menerima dan melakukan yang dia mau. Tapi setelah itu, aku menyesal. Rasanya aku jadi kotor, dan aku menjauhi dia.
Tapi, setelah jauh dari dia, saat aku mulai dikuasai hasrat, aku jadi teringat dosa itu dan berharap bisa mengulanginya. Lalu aku pun ingat sama yang pernah dia katakan, “orang akan selalu ingat sama siapa mereka melakukan ‘itu’ pertama kali. Dan di saat-saat tertentu, mereka pasti akan merindukannya.”
Karena itu, kalau kamu ngasih hal-hal indah sama anak kecil dan itu yang pertama kali buat mereka, mereka pasti akan ingat dan alam bawah sadarnya akan terpengaruh. Sekalipun itu pelecehan yang traumatis, kalau mereka pernah merasakan setitik saja keindahan di situ, mereka akan terus mengejarnya, karena goresan tentang hal itu sangat berpengaruh bagi psikologi.
Misalnya, ada anak kecil dilecehkan dan dia sangat trauma pada hal itu. Semisal diperlakukan kasar, diculik atau sebagainya. Mungkin mereka akan sangat membenci orang yang melakukan itu pada mereka. Tapi, sekalinya mereka menemukan bahwa yang pernah dilakukan padanya itu bisa membawa perasaan ‘indah’, dia gak akan terlepas dari itu. Misalnya dia masih benci waktu ingat kejadian saat dicium dengan kasar oleh orang lain. Lalu tiba-tiba ada yang menciuminya dengan lembut dan dia suka. Pasti ujung-ujungnya dia akan ketergantungan sama yang membawa kabahagiaan baru itu. Karena dia butuh sesuatu yang bisa menutupi trauma tadi.
Setidaknya, itu menurutku sih. Aku gak tahu apa analisa psikolog juga seperti itu atau tidak. Kalau misalnya ada psikolog yang mau bantah ya bebas. Tapi, toh, kita tidak bisa benar-benar menilai manusia dari survei dan angka-angka. Pada akhirnya, ada sangat banyak hal yang mempengaruhi perilaku manusia. Tapi kadarnya bisa berbeda-beda.
Kamu bisa saja disebut bakso hanya karena ada pentolan daging dan kuah di dalam mangkukmu. Tapi orang lain mungkin akan disebut bakso hanya dengan aroma kuahnya saja. Mungkin ada juga yang pentolannya terbuat dari ikan dan bentuknya tidak bulat, tapi tetap disebut bakso. Bahkan sekarang ada bakso aci, hanya karena bentuknya bulat seperti bakso kebanyakan. Alasan kamu disebut bakso ada banyak, tapi yang bisa mengubah bakso menjadi soto, mungkin hanya keajaiban.