Usiaku baru 19 tahun kala itu. Aku bertemu dengannya di tempat kerja. Aku bekerja sebagai kasir restoran dan dia barista. Awalnya kisah ini begitu Indah. Aku yang belum pernah berpacaran bertemu dia yang selalu gagal dalam percintaan. Sesederhana itu. Dia yang humoris dan ceria terus mengejarku yang begitu dingin. Penolakan dari yang halus sampai yang kasar aku berikan, namun dia tetap mengejar dan berkata ia serius menyukaiku. Lama-lama aku luluh dengan usahanya. Aku mencoba membuka hati untuk yang pertama kalinya. Dan yaa, kita berpacaran layaknya pasangan lain. Kita jalan-jalan tiap ada waktu. Aku mengunjungi rumahnya dan hal lainnya yang sudah kita lewati bersama.
2 tahun berlalu. Hubungan kami mulai renggang. Kesalahpahaman terus menerus terjadi. Kali ini kejadiannya berbalik antara aku dan dia. Aku yang sering memaafkan salahnya dan memberi kesempatan. Sedangkan dia terus-menerus mengusirku dari hubungan ini. Dia berani memaki-maki ku dan keluarga ku yang bahkan sekalipun dia tidak pernah bertemu keluarga ku. Aku punya alasan tersendiri mengapa aku belum mempertemukannya dengan kedua orangtua ku. Namun, dia sudah berani memakiku dan keluargaku. Bodohnya aku, walaupun sudah disakiti berkali-kali aku tetap mengejarnya. Aku mengemis-ngemis kepadanya agar dia tidak meninggalkan ku. Bahkan aku sudah dipermalukannya didepan keluarga dia. Tetapi aku masih bodoh terus mengejarnya. Bahkan sampai detik ini aku baru saja mengejarnya dan dia memaki ku sampai keluarganya ada yang menegurku untuk tidak mengganggu nya. Apa yang harus kulakukan? Aku sudah mencoba beberapa kali untuk menerima keadaan tanpanya. Namun, hatiku terus goyah untuk menghubungi nya dan mengejarnya lagi dan lagi. Aku tidak tahu harus bercerita pada siapa, aku anak pertama yang tidak mau keluargaku tahu masalah apa yang kulalui.