Aku seorang anak perempuan yang lahir di keluarga pengusaha yang sibuk sedari kecil aku sudah tidak bergantung pada org tua karena ku rasa asisten rumah tanggaku lebih 1000x lipat menyayangiku dan dia selalu ada di sisiku. Hari itu hari dimana aku ujian di sma kelas 2 bersamaan dengan hari aku kehilangan ibuku karena maut. Sakit dan terpukul kehidupan berubah 180 derajat namun berusaha kuat dan harus move on sekarang aku menjadi mahasiswi dengan harapan cepat bekerja dan berusaha untuk menghidupi keluargaku tapi aku lupa kalau ternyata rasa lelah yang aku pendam bertahun2 ternyata sudah terlalu banyak menumpuk.iri hati melihat teman2 memiliki sosok ibu, sosok keluarga yang bisa dijadikan rumah berlindung dan bertukar pikiran. Aku menjadi harapan keluarga di bidang akademik memiliki banyak teman yang baik hati membuat aku terkadang takut jika suatu hari nanti aku gagal bagaimana ekspektasi orang terhadap kesalahanku.Terlalu sering dijadikan harapan dan terlalu sering disalahkan membuat aku tidak bisa lagi tersenyum, setiap hari hanya ada rasa gelisah dan takut teramat sangat akan hari esok. Selepas kehilangan ibu aku harus bisa mandiri menjadi wanita kuat tidak semudah itu adakalanya aku merasa ingin menyerah. Memiliki ayah yang kaku dan tidak dekat membuat aku kehilangan tempat bersandar.Selalu berdoa sama Allah agar ia berikan aku hidup yg baik suatu saat nanti.ini doaku yang entah kapan akan terkabul
