Hai, maaf sebelumnya cerita ini mungkin bakal cukup panjang.
Sebelum mulai ceritanya, aku perlu kasih tau kalau aku berasal dari lingkungan pertemanan yang buruk dalam jangka waktu yang lama, terpengaruh beragam hal dari sosial media, dan punya kemampuan bersosialisasi yang payah. Dengan tiga hal itu, mutusin buat masuk organisasi seni di kampus kesannya ‘cari masalah’ banget kan? Mana ini pengalaman pertama yang artinya, aku sama sekali buta sama yang namanya organisasi. Tapi aku maksain diri karena berharap aku bisa sedikit berkembang jika gabung di organisasi.
Yah, harapannya sih gitu. Tapi di proses ternyata aku kesulitan, banget.
Awalnya, aku masih bisa handle. Tapi entah kenapa belakangan ini makin nyiksa mental banget rasanya. Ini dimulai ketika aku dan teman-teman seangkatan jadi panitia buat sebuah pentas seni. Btw, organisasi seni itu terdiri dari banyak bidang dari musik, tari, seni rupa, theater, sastra, seni rupa, dan sinematografi. Bidangku adalah seni rupa, dan yang kutampilkan untuk pentas seni itu adalah sebuah live mural. Saat persiapan live mural itu terjadi miskomunikasi antara aku dan teman-temanku di seni rupa yang membuatku sedikit berdebat dengan salah satu teman dan kami dimarahi senior, dan itu sepenuhnya kesalahanku. Setelah kejadian itu, aku sebenernya nggak baik-baik aja dan mentalku benar-benar terjun, tapi aku nggak mau masalahnya berkelanjutan, jadi aku denial dan menganggap semuanya baik-baik aja. Tapi ternyata aku nggak bisa nahan, aku berakhir nangis di depan senior. Memalukan banget.
Setelah kejadian itu, hubunganku dengan salah satu temanku berjalan buruk dan berpapasan dengan senior rasanya canggung banget. Sekali lagi, itu kesalahanku. Tapi aku tetap memaksakan diri dengan menganggap semuanya baik-baik aja. Dengan situasi itu, aku juga tetap harus menyiapkan keperluan untuk artisitik panggung karena akau ditunjuk menjadi penanggungjawabnya. Aku mengusahakan apapun untuk itu, tapi ternyata cukup sulit dilakukan ketika kondisi mentalku sedang buruk. Hasilnya, persiapanku untuk artistik tidak matang, senior kecewa denganku, dan panggungnya benar-benar buruk. Aku tau senior akan menegurku habis-habisan pada rapat evaluasi dan aku belum menyipakan diri untuk itu. Aku sempat terpikir untuk lari, tapi itu mungkin hanya akan menyulitkan teman-temanku. Tapi gimana? Aku juga nggak cukup berani untuk datang. Situasinya serba salah.
Sekarang aku hanya bisa tiduran seharian di kamar, mikirin aku harus gimana ketika berhadapan dengan senior. Sumpah, saking capeknya aku sampai tidak keluar dari kamar seharian penuh, dan aku menghindar dari semua hal yang berhubungan dengan organisasi. Aku nggak tau harus gimana, bahkan berharap senior memaafkanku saja rasanya memalukan karena kesalahanku terlalu banyak.
aku pernah kok kayak kamu, capek gara” kebanyakan kegiatan terus dimarahin gara” ada salahnya, trus akhirnya drop dan akhirnya gk pengen ngapa”in eh ternyata malah disuruh lagi, yaudah akhirnya gk niat dan kondisi udah capek lahir batin akhirnya sama sekali gak sesuai ekspetasi dan aku bicara sama yang marahin aku, “hei! aku ini juga manusia bukan robot, butuh istirahat, butuh refreshing, apa iya perlu aku ngelakuin kesalahan lagi karna kamu nyuruh aku padahal kamu tau sendiri mentalku lagi anjlok gara” dimarahin sama atasan, tolonglah.. gak bisa aku kayak gini terus.” setelah kejadian itu akhirnya aku dicampakkan, tapi lama kelamaan mereka sadar mereka yang salah dan akhirnya mau berkumpul denganku lagi. Jadi saranku.. semua masalahmu jangan terlalu dipikir, nanti malah jadi beban hidupmu yang memberatkanmu untuk melanjutkan hidup yang sebenarnya ingin kau jalani dengan tenang. Jangan gegabah dan stay p0sitive thinking